All About Kebab Turkey's
Kebab kini mulai dikenal di Indonesia. Makanan yang berasal dari Timur Tengah ini,
mulai banyak dijajakan di sejumlah kota di Indonesia, tidak terkecuali di Yogyakarta. Ada
sejumlah gerai kaki lima yang menjajakan makanan irisan daging kambing ini. Memang
pembelinya belum begitu menggembirakan. Berbeda dengan pembeli ayam goreng Amerika
yang lebih banyak dikonsumsi di sejumlah restoran dalam mal-mal ataupun dalam rumah
makan khusus seperti Mc Donald ataupun Kentucky Fried Chiken.
Sebagai kota pendidikan yang banyak didatangi para pendatang (mahasiswa) dari
seluruh pelosok Nusantara, bahkan mahasiswa dari luar negeri, Yogyakarta merupakan salah
satu kota dengan berbagai potensi kuliner. Para mahasiswa yang hampir semuanya tinggal di
kos, makan di luar rumah merupakan salah satu pilihan yang paling praktis. Tidak banyak
mahasiswa yang memasak sendiri untuk keperluan makanannya sehari-hari. Mungkin beberapa
di antaranya hanya memasak nasi dengan rice cooker, kemudian belanja lauk pauk dan
sayurnya di warung. Sebagian besar, tampaknya para pendatang di Yogyakarta itu makan di
warung-warung dekat kos mereka. Tidak aneh jika, kota ini juga mendapat julukan kota gudeg
karena masakan tersebut banyak dijual di penjuru kota ini, diiringi sejumlah warung makan
atau rumah makan lainnya.
Situasi inilah--banyaknya mahasiswa yang belajar di Yogyakarta--membuat dunia kuliner
di sini juga tumbuh subur. Banyak warung yang menampilkan kekhasannya, selain gudeg, yang
memang identik dengan kota ini. Di sana-sini menjamur restoran atau warung makan dengan
sajian khusus. Ada restoran yang mengutamakan berbagai sajian dari cabe alias sambal, ada
restoran domba afrika, ada yang khusus masakan bebek, sego pecel, tempe penyet, sate kuda,
udang, ular kobra, hingga nasi kucing. Warung nasi kucing bukanlah warung yang menyediakan
nasi untuk makanan kucing, tetapi menyajikan nasi yang dibungkus dengan ukuran kecil seperti
ukuran untuk makan kucing. Biasanya juga disebut dengan nasi koboi. Penjajanya biasanya dari
Klaten
Yang sedikit berbeda dengan kota lain, seperti Jakarta, di Yogya tidak banyak ditemukan
warung Tegal atau warteg. Mungkin kalah bersaing dengan nasi kucing atau warung-warung
lainnya yang cenderung agak manis masakannya. Meski demikian, Yogya juga dipenuhi dengan
berbagai warung makan atau restoran masakan Padang. Warung Padang hampir terdapat di
mana-mana, bahkan hingga di Makah, Arab Saudi. Konon, keberadaan warung Padang sering
dijadikan indikasi bergeliatnya dinamika industri/ekonomi di kota itu. Kota kecil yang tidak
memiliki warung Padang, konon kota itu belum menggeliat.
Di Yogya, praktis dunia kuliner merupakan bagian yang penting selain dunia pendidikan
itu sendiri. Dunia masakan ini juga terkait dengan predikat Yogya sebagai tempat wisata
setelah Bali. Dengan demikian, hampir dipastikan banyak pilihan rumah makan dan jenis
masakannya. Tergantung dari selera dan tebal kantong pembeli. Di Yogya pula terdapat
sejumlah gerai kebab. Apa sih kebab itu? Berikut ini akan dibicarakan seputar permasalahan
kebab yang tidak hanya berupa makanan tetapi di baliknya juga terdapat sejumlah pertarungan
identitas.
Kebab sendiri di Yogya muncul belum begitu lama. Sebagai suatu bentuk waralaba yang
disajikan di pinggir jalan, tampaknya kebab muncul bersamaan dengan berbagai waralaba
lainnya seperti ketela goreng atau sup buah. Penikmatnya pun belumlah terbentuk, belum
seperti penikmat KFC atau malah seperti penikmat bakso dan mie ayam.
Asal Usul
Kebab seperti yang dikemukakan Wikipedia Indonesia memiliki sejumlah nama lain.
Kebab juga dikenal dengan sebutan kebap, kabab, kebob, kabob, kibob, kebhav, ataupun
kephav. Secara umum, kebab mengacu pada berbagai hidangan daging panggang/bakar yang
ditusuk memakai tusukan atau batang besi. Hidangan ini banyak dijumpai dalam masakan Laut
Tengah (Mediterania). Selain itu, juga dikenal dalam masakan Kaukasus, Asia Tengah, Asia
Selatan, dan beberapa negara Afrika.
Daging yang umum dipakai untuk kebab adalah daging domba dan daging sapi, atau
kadang-kadang daging kambing, daging ayam, ikan, atau bahkan bisa berupa kerang. Kalangan
muslim ataupun yahudi tidak menggunakan daging babi untuk kebab. Kebab daging babi
dikenal khususnya dalam masakan Armenia, Bulgaria, Siprus, Yunani, dan India (negara bagian
Goa).
Secara etimologi kata kebab berasal dari bahasa Arab: kabab (بابک) yang awalnya
berarti daging goreng, bukan daging panggang/bakar. Kata kabab kemungkinan berasal dari
bahasa Aram: כבבא kabbābā yang mungkin berasal dari bahasa Akkadia: kabābu yang berarti
"bakar, panggang". Pada abad ke-14, kebab menjadi sinonim dengan tabahajah, hidangan
berupa potongan daging goreng dalam bahasa Persia. Dalam buku-buku berbahasa Turki,
istilah kebab sering dipakai untuk bola-bola daging yang dibuat dari daging ayam atau daging
domba cincang.
Lebih lanjut dalam Wikipedia Indonesia dijelaskan bahwa istilah kebab baru berarti
hidangan daging panggang (shish kebab) sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah, namun masih
ada istilah lain yang lebih kuno untuk daging panggang, yakni shiwa` (ءاوش) asal bahasa Arab.
Walaupun demikian, kebab masih dipakai dalam pengertian aslinya dalam berbagai hidangan
seperti semur, misalnya tas kebab (kebab dalam mangkuk) dari Turki. Dalam masakan Mesir
ada hidangan semur daging sapi dan bawang bombay yang disebut kebab halla.
Dalam sejarahnya, masakan kebab dilandasi oleh minimnya cadangan minyak yang
dipergunakan untuk memasak daging dalam jumlah besar di wilayah Timur Dekat yang
dilakukan oleh para pendatang urban yang menginginkan kemudahan dan keekonomisan dalam
memasak daging sehabis belanja dari tukang daging. Lebih lanjut Wikipedia Inggris
menyatakan bahwa kebab berasal Turki. Pada masa abad pertengahan masyarakat Turki telah
menjumpai kebiasan para tentara Turki yang menggunakan pedang mereka untuk mengiris
daging panggang. Masakan berupa hidangan daging panggang ini telah menjadi kebiasaan
makanan masyarakat Timur Dekat dan Mediteranian Timur, khususnya Yunani kuno. Bukti-bukti
masakan kebab, khususnya shish kebabs telah dikenal dalam tradisi Yunani kuno (abad ke-8
SM) sebagaimana dikisahkan dalam sejumlah sastra klasik karya Homerus seperti pada Iliad
dan Odisea, karya Aristophanes, Xenophon, dan Aristoteles.
Ibnu Battutta dalam catatan perjalanannya menyatakan bahwa kebab telah dihidangkan
dalam menu makanan di istana-istana raja India sejak periode kesultanan akhir, dan bahkan
sudah terbiasa untuk dinikmati sebagai sarapan pagi.
Jenis-jenisnya
Sebagaimana sekilas dijelaskan di bagian awal, kebab selain memiliki berbagai sebutan
yang berbeda-beda, bahan daging yang berbeda-beda, juga memiliki berbagai jenis atau
berbagai macam. Sejumlah varian kebab itu antara lain: shish kebab, doner kebab, kathi kebab,
kalmi kebab, chelow kebab, testi kebab, tika kebab, dan masih banyak lagi. Berikut ini bentuk-
bentuk kebab dalam bentuk sajian visual dari masing-masing nama kebab tersebut. Kebab
doner atau kebab iris putar termasuk salah satu jenis kebab yang akrab bagi masyarakat
Indonesia.
sejumlah gerai kaki lima yang menjajakan makanan irisan daging kambing ini. Memang
pembelinya belum begitu menggembirakan. Berbeda dengan pembeli ayam goreng Amerika
yang lebih banyak dikonsumsi di sejumlah restoran dalam mal-mal ataupun dalam rumah
makan khusus seperti Mc Donald ataupun Kentucky Fried Chiken.
Sebagai kota pendidikan yang banyak didatangi para pendatang (mahasiswa) dari
seluruh pelosok Nusantara, bahkan mahasiswa dari luar negeri, Yogyakarta merupakan salah
satu kota dengan berbagai potensi kuliner. Para mahasiswa yang hampir semuanya tinggal di
kos, makan di luar rumah merupakan salah satu pilihan yang paling praktis. Tidak banyak
mahasiswa yang memasak sendiri untuk keperluan makanannya sehari-hari. Mungkin beberapa
di antaranya hanya memasak nasi dengan rice cooker, kemudian belanja lauk pauk dan
sayurnya di warung. Sebagian besar, tampaknya para pendatang di Yogyakarta itu makan di
warung-warung dekat kos mereka. Tidak aneh jika, kota ini juga mendapat julukan kota gudeg
karena masakan tersebut banyak dijual di penjuru kota ini, diiringi sejumlah warung makan
atau rumah makan lainnya.
Situasi inilah--banyaknya mahasiswa yang belajar di Yogyakarta--membuat dunia kuliner
di sini juga tumbuh subur. Banyak warung yang menampilkan kekhasannya, selain gudeg, yang
memang identik dengan kota ini. Di sana-sini menjamur restoran atau warung makan dengan
sajian khusus. Ada restoran yang mengutamakan berbagai sajian dari cabe alias sambal, ada
restoran domba afrika, ada yang khusus masakan bebek, sego pecel, tempe penyet, sate kuda,
udang, ular kobra, hingga nasi kucing. Warung nasi kucing bukanlah warung yang menyediakan
nasi untuk makanan kucing, tetapi menyajikan nasi yang dibungkus dengan ukuran kecil seperti
ukuran untuk makan kucing. Biasanya juga disebut dengan nasi koboi. Penjajanya biasanya dari
Klaten
Yang sedikit berbeda dengan kota lain, seperti Jakarta, di Yogya tidak banyak ditemukan
warung Tegal atau warteg. Mungkin kalah bersaing dengan nasi kucing atau warung-warung
lainnya yang cenderung agak manis masakannya. Meski demikian, Yogya juga dipenuhi dengan
berbagai warung makan atau restoran masakan Padang. Warung Padang hampir terdapat di
mana-mana, bahkan hingga di Makah, Arab Saudi. Konon, keberadaan warung Padang sering
dijadikan indikasi bergeliatnya dinamika industri/ekonomi di kota itu. Kota kecil yang tidak
memiliki warung Padang, konon kota itu belum menggeliat.
Di Yogya, praktis dunia kuliner merupakan bagian yang penting selain dunia pendidikan
itu sendiri. Dunia masakan ini juga terkait dengan predikat Yogya sebagai tempat wisata
setelah Bali. Dengan demikian, hampir dipastikan banyak pilihan rumah makan dan jenis
masakannya. Tergantung dari selera dan tebal kantong pembeli. Di Yogya pula terdapat
sejumlah gerai kebab. Apa sih kebab itu? Berikut ini akan dibicarakan seputar permasalahan
kebab yang tidak hanya berupa makanan tetapi di baliknya juga terdapat sejumlah pertarungan
identitas.
Kebab sendiri di Yogya muncul belum begitu lama. Sebagai suatu bentuk waralaba yang
disajikan di pinggir jalan, tampaknya kebab muncul bersamaan dengan berbagai waralaba
lainnya seperti ketela goreng atau sup buah. Penikmatnya pun belumlah terbentuk, belum
seperti penikmat KFC atau malah seperti penikmat bakso dan mie ayam.
Asal Usul
Kebab seperti yang dikemukakan Wikipedia Indonesia memiliki sejumlah nama lain.
Kebab juga dikenal dengan sebutan kebap, kabab, kebob, kabob, kibob, kebhav, ataupun
kephav. Secara umum, kebab mengacu pada berbagai hidangan daging panggang/bakar yang
ditusuk memakai tusukan atau batang besi. Hidangan ini banyak dijumpai dalam masakan Laut
Tengah (Mediterania). Selain itu, juga dikenal dalam masakan Kaukasus, Asia Tengah, Asia
Selatan, dan beberapa negara Afrika.
Daging yang umum dipakai untuk kebab adalah daging domba dan daging sapi, atau
kadang-kadang daging kambing, daging ayam, ikan, atau bahkan bisa berupa kerang. Kalangan
muslim ataupun yahudi tidak menggunakan daging babi untuk kebab. Kebab daging babi
dikenal khususnya dalam masakan Armenia, Bulgaria, Siprus, Yunani, dan India (negara bagian
Goa).
Secara etimologi kata kebab berasal dari bahasa Arab: kabab (بابک) yang awalnya
berarti daging goreng, bukan daging panggang/bakar. Kata kabab kemungkinan berasal dari
bahasa Aram: כבבא kabbābā yang mungkin berasal dari bahasa Akkadia: kabābu yang berarti
"bakar, panggang". Pada abad ke-14, kebab menjadi sinonim dengan tabahajah, hidangan
berupa potongan daging goreng dalam bahasa Persia. Dalam buku-buku berbahasa Turki,
istilah kebab sering dipakai untuk bola-bola daging yang dibuat dari daging ayam atau daging
domba cincang.
Lebih lanjut dalam Wikipedia Indonesia dijelaskan bahwa istilah kebab baru berarti
hidangan daging panggang (shish kebab) sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah, namun masih
ada istilah lain yang lebih kuno untuk daging panggang, yakni shiwa` (ءاوش) asal bahasa Arab.
Walaupun demikian, kebab masih dipakai dalam pengertian aslinya dalam berbagai hidangan
seperti semur, misalnya tas kebab (kebab dalam mangkuk) dari Turki. Dalam masakan Mesir
ada hidangan semur daging sapi dan bawang bombay yang disebut kebab halla.
Dalam sejarahnya, masakan kebab dilandasi oleh minimnya cadangan minyak yang
dipergunakan untuk memasak daging dalam jumlah besar di wilayah Timur Dekat yang
dilakukan oleh para pendatang urban yang menginginkan kemudahan dan keekonomisan dalam
memasak daging sehabis belanja dari tukang daging. Lebih lanjut Wikipedia Inggris
menyatakan bahwa kebab berasal Turki. Pada masa abad pertengahan masyarakat Turki telah
menjumpai kebiasan para tentara Turki yang menggunakan pedang mereka untuk mengiris
daging panggang. Masakan berupa hidangan daging panggang ini telah menjadi kebiasaan
makanan masyarakat Timur Dekat dan Mediteranian Timur, khususnya Yunani kuno. Bukti-bukti
masakan kebab, khususnya shish kebabs telah dikenal dalam tradisi Yunani kuno (abad ke-8
SM) sebagaimana dikisahkan dalam sejumlah sastra klasik karya Homerus seperti pada Iliad
dan Odisea, karya Aristophanes, Xenophon, dan Aristoteles.
Ibnu Battutta dalam catatan perjalanannya menyatakan bahwa kebab telah dihidangkan
dalam menu makanan di istana-istana raja India sejak periode kesultanan akhir, dan bahkan
sudah terbiasa untuk dinikmati sebagai sarapan pagi.
Jenis-jenisnya
Sebagaimana sekilas dijelaskan di bagian awal, kebab selain memiliki berbagai sebutan
yang berbeda-beda, bahan daging yang berbeda-beda, juga memiliki berbagai jenis atau
berbagai macam. Sejumlah varian kebab itu antara lain: shish kebab, doner kebab, kathi kebab,
kalmi kebab, chelow kebab, testi kebab, tika kebab, dan masih banyak lagi. Berikut ini bentuk-
bentuk kebab dalam bentuk sajian visual dari masing-masing nama kebab tersebut. Kebab
doner atau kebab iris putar termasuk salah satu jenis kebab yang akrab bagi masyarakat
Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar