Byzantium
Byzantium
Byzantium
(Bahasa Yunani : Βυζάντιον)
adalah sebuah kota Yunani kuno, yang menurut legenda, didirikan oleh para warga
koloni Yunani dari Megara pada tahun 667SM dan dinamai menurut nama Raja mereka
Byzas atau Byzantas (Bahasa Yunani : Βύζας atau Βύζαντας). Nama Byzantium
merupakan latinisasi dari nama asli kota tersebut Byzantion. Kota ini kelak
menjadi pusat kekaisaran Byzantium. Kekaisaran
Romawi penutur Bahasa Yunani menjelang dan pada abad pertengahan dengan nama
Konstantinopel. Setelah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kerajaan Ottoman,
kota ini selanjutnya dikenal sebagai Istanbul bagi bangsa Turki Ottoman, namun
nama tersebut belum menjadi nama resmi kota ini sampai tahun 1930.
Ilustrasi Pada Masa Byzantium
Sejarah
Asal-usul Byzantium terselubung
legenda. Menurut legenda tradisional, Byzas dari Megara (sebuah kota dekat
Athena) mendirikan Byzantium, tatkala berlayar ke arah Timur Laut melintasi
Laut Aegea. Byzas telah meminta nasihat dari Orakel di Delphi mengenai tempat
untuk mendirikan kota barunya. Orakel memberitahukan kepadanya untuk mendirikan
kota di “depan si buta”. Saat itu dia belum memahami ramalan orakel itu. Namun
setelah sampai ke Bosporus, barulah disadari maknanya : di pesisir Asia berdiri
sebuah kota Yunani, Khalsedon. Mesti merekalah yang dimaksud dengan “si buta”
karena tidak melihat wilayah yang nyata-nyata superior yang hanya setengah mil
jauhnya di seberang Bosporus. Byzas mendirikan kotanya di wilayah superior itu
dan menamakannya Byzantion menurut namanya sendiri. Kota Byzantium tertutama
adalah sebuah kota niaga karena lokasinya yang strategis di satu-satunya pintu
masuk ke Laut Hitam. Byzantion kelak menaklukkan Khalsedon, yang terletak di
seberang Bosporus.
Peta Kekuasaan Byzantium
Setelah bersekutu dengan Pescennius
Niger melawan sang pemenang, Septimius Severus, kota ini dikepung pasukan
Romawi dan menderita kerusakan parah pada tahun 196. Byzantium kemudian
dibangun kemnali oleh Septimius Severus, yang saat itu telah menjadi kaisar,
dan dengan segera memulihkan kemakmurannya. Lokasi Byzantium menarik perhatian
Kaisar Romawi Konstantinus I yang pada tahun 330 Masehi, membangun ulang kota
ini menjadi Nova Roma. Setelah mangkatnya, kota ini disebut Konstantinopel
(Kota Konstantinus). Kota ini selanjutnya menjadi Ibukota Kekaisaran Romawi
Timur yang kelak disebut kekaisaran Byzantium oleh para sejarawan.
Ilustrasi Pada Masa Byzantium
Kombinasi imperialisme dan lokasi
ini mempengaruhi peran Konstantinopel sebagai titik penyeberangan antara dua
benua, Eropa dan Asia. Kota ini merupakan sebuah magnet komersial, kultural,
dan diplomatik. Dengan letak strategisnya itu, Konstantinopel mampu
mengendalikan rute antara Asia dan Eropa, serta pelayaran dari laut Mediterania
ke Laut Hitam.
Pada
tahun 670 SM, warga kota Byzantium mejadikan bulan sabit sebagai lambang Negara
mereka, sesudah sebuah kemenangan penting. Akan tetapi, asal-usul bulan sabit
dan bintang sebagai lambang berasal jauh dari zaman sebelumnya – zaman
Babilonia dan Mesir kuno. Sekalipun demikian, Byzantium adalah Negara berpemerintahan
pertama yang menggunakan bulan sabit sebagai lambang nasionalnya, pada tahun
330 Masehi, Konstantinus I menambahkan bintang Perawan Maria pada bendera bulan
sabit tersebut.
Lambang Byzantion (kemudian: Constantinopolis)
Bulan Sabit Artemis/Diana
Lambang bulan sabit telah digunakan oleh masyarakat Yunani yang mendirikan kota βυζαντιον (orang Romawi menyebutnya Byzantium) sejak ± 670 SM. Mereka menggunakan lambang tersebut dalam kaitannya dengan penyembahan kepada αρτεμισ Artemis, dewi bulan dan perburuan. Kota Byzantium jatuh ke tangan Romawi pada abad ke-2 SM. Tidak ada
perubahan berarti di sana karena bangsa Romawi sangat mengagumi budaya
Yunani. Justru setelah Yunani dikuasai, bangsa Romawi makin
ter-Yunani-kan. Ibadah agama Yunani kuno pun diserap ke dalam agama
Romawi dan dipertahankan, di antaranya penyembahan kepada Artemis. Di
dalam istilah Romawi dewi Artemis dikenal dengan nama Diana.
αρτεμισ / Diana
hiasan di kepalanya melambangkan bulan sabit
Mata uang Perak romawi, bergambar Ivlivs Caesar
Bulan sabit di belakang kepala
Keiika Kaisar Constantinus I berkuasa (306-337), dia membuat perubahan-perubahan besar pada tahun 330, di antaranya:
- Dia memindahkan ibukota Romawi dari Roma ke kota Byzantium. Dia ganti nama kota itu menjadi Nova Roma, artinya ‘Roma Baru’. Dalam percakapan sehari-hari, orang pada zaman itu juga menyebut kota itu Κωνσταντινουπολη(Constantinopolis), artinya ‘Kota Constantinus’. Orang sekarang biasa menyebutnya Istanbul (keputusan pemerintah sekuler Republik Turki sejak 1928).
- Dia menyatakan agama Nasrani sebagai agama negara. Sebelumnya beberapa kaisar Romawi telah memberikan kebebasan beragama kepada orang Nasrani, tetapi tidak sebagai agama negara. Sebelumnya lagi, para kaisar Romawi seolah-olah berlomba-lomba membantai penganut Nasrani.
Keputusan-keputusan di atas selanjutnya mempengaruhi karakter kota
Constantinopolis atau Konstantinopel. Kota Konstantinopel yang
sebelumnya yang sebelumnya adalah kota penyembah Artemis/Diana dari
agama Yunani kuno berubah menjadi kota Kristen. Lambang kota yang
berbentuk bulan sabit ditambahi lambang bintang yang melambangkan Bunda Maria,
ibunda Yesus Kristus (salah satu gelar yang diberikan kepadanya adalah
stella maris, ‘bintang lautan’). Sejak saat itu, lambang Bulan Sabit dan Bintang menjadi lambang kota Konstantinopel, ibukota Romawi.
Simbol bulan sabit dan bintang tidak sepenuhnya
ditinggalkan oleh dunia Kristen usai jatuhnya Konstantinopel. Sampai sekarang
bendera resmi dari Patriark Ortodoks Yerusalem adalah sebuah labarum putih,
sebuah gedung gereja dengan dua menara, dan pada bagian atas terlukis bulan
sabit hitam yang menghadap ke tengah dan sebuah bintang bersinar.
Pada tanggal 29 Mei 1453, kota ini jatuh ke
tangan Bangsa Turki Ottoman, dan sekali lagi menjadi ibukota dari sebuah Negara
yang kuat, yakni kerajaan Ottoman. Bangsa Turki menyebut kota ini Istanbul
(Meskipun tidak secara resmi diganti namanya sampai tahun 1930) dan terus
menjadi kota terbesar (dan mungkin juga kota terpenting). Dari Republik Turki,
sekalipun yang menjadi ibukota Turki adalah Ankara.
Penulis : Ullih Hersandi (Pelajar Indonesia di Turki)
Penulis : Ullih Hersandi (Pelajar Indonesia di Turki)
0 komentar:
Posting Komentar