Welcome to Istanbul
ISTANBUL
Prediksi Rasulullah SAW mengenai kejatuhan Konstantinopel itu akhirnya
benar-benar terbukti. Kamis, 26 Rabiul Awal 857 H/ 6 April 1453 M,
pasukan tentara Muslim di bawah komando Sultan Muhammad II tiba di
ibukota negara adikuasa bernama Bizantium. Sultan pun berkirim surat
kepada penguasa Bizantium yang berisi ajakan untuk masuk Islam atau
menyerahkan Konstantinopel secara damai. Perang menjadi pilihan
terakhir. Namun, penguasa kota itu Constantine Paleologus - menolak
seruan dakwah dan berkukuh tak mau menyerahkan Konstantinopel ke tangan
Umat Islam. Paleologus lebih memilih jalan perang. Pasukan tentara
Bizantium dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni
Giustiniani dari Genoa, siap menghadapi meriam-meriam tercanggih dan 130
ribu tentara Muslim. Lantaran tawarannya ditolak, Sultan ketujuh dari Kerajaan Usmani
itu pun mulai mengobarkan semangat jihad. Gema takbir terus membahana
seiring derasnya serangan yang dilancarkan pasukan Sultan Mehmed -
begitu orang Barat menyebutnya — ke benteng Bizantium yang kokoh.
Pertempuran hebat pun meletus.
Kerajaan Ottoman dengan strategi,
teknologi perang, serta kepemimpinan militer yang tangguh, dan 130 ribu
pasukan akhirnya berhasil membungkam kepongahan Bizantium. Setelah 53
hari berjibaku angkat senjata, dengan semangat jihad pasukan Sultan
Muhammad akhirnya berhasil menguasai Konstantinopel. Harapan dan
impian umat Islam untuk menundukkan Bizantium yang telah dirintis sejak
tahun 664 M akhirnya tercapai. Kemenangan yang tertunda selama 800 tahun
itu akhirnya tiba juga. Sejak saat itu, bendera Kerajaan Usmani
berkibar di langit Konstantinopel, kota impian para raja, kaisar dan
sultan.Konstantinopel pun memasuki era baru. Kota itu lalu
berganti nama menjadi Istanbul yang berarti kota Islam, sekaligus
menjadi ibukota Kerajaan Ottoman. Sebuah momentum penting dalam sejarah
dunia. Kali pertama menduduki kota penting itu, Kerajaan Usmani mulai
menegakkan hukum di kota itu. Tak ada pembantaian terhadap
penduduk Konstantinopel. Bahkan, pemerintahan Islam Usmani bekerja sama
dengan umat Kristen untuk kembali membangun perekonomian, menjalin
persahabatan dengan Yunani. Dinasti Usmani juga terus mengepakkan sayap
kekuasaannya ke wilayah Mesir, Arabia, dan Syiria. Yang tak kalah
pentingnya, kerajaan Usmani menyebarkan ajaran Islam hingga ke kawasan
Balkan.
Seiring dengan menancapnya dominasi Islam, wajah bekas
kota Konstantinopel itu pun berganti rupa. Bangunan masjid bermunculan,
namun tetap dengan corak arsitektur Bizantum yang khas. Tak heran, jika
pengaruh Bizantium ikut mewarnai gaya arsitektur Islam di Turki.
Kemegahan bangunan Gereja Aya Sofia banyak mewarnai arsitektur masjid di
Istanbul. Di bawah kekuasaan Daulah Usmani, Istanbul terus
berbenah. Pembangunan pun terus berlanjut, sepeninggal Sultan Muhammad
(Mehmed) II. Pada era kepemimpinan Sultan Sulaiman I (1520-1566), pada
tahun 1550 di Istanbul berdiri Masjid Sulaiman. Bangunan masjid itu
berdiri kokoh dengan empat menara dan kubahnya lebih tinggi dari Aya
Sofia.
Suleymaniye Mosque
Suleymaniye Mosque
Guna menambah jumlah penduduk Muslim di Istanbul, umat
Islam yang tinggal di Anatolia dan Rumeli dianjurkan untuk bermigrasi ke
Istanbul. Akhir 1457, migrasi besar-besaran terjadi dari Edirne bekas
ibu kota Kerajaan Usmani ke Istanbul. Pada 1459, kota terbesar di Eropa
itu dibagi menjadi empat wilayah administratif. Sebagai sebuah
kota besar pada zamannya, di Istanbul pun berdiri berbagai sarana dan
prasarana publik. Tak kurang ada 81 masjid besar serta 52 masjid
berukuran sedang di kota itu. Untuk mendidik para generasi muda,
tersedia 55 madrasah, tujuh asrama besar untuk mempelajari Alquran. Fasilitas
sosial pun bermunculan, tak kurang lima takiyah atau tempat memberi
makan fakir miskin berdiri. Tiga rumah sakit disediakan untuk mengobati
penduduk kota. Tujuh buah jembatan juga dibangun untuk memperlancar arus
transportasi. Guna menunjukkan kejayaannya, Kerajaan Usmani membangun
33 istana dan 18 unit pesanggrahan.Selain itu, 33 tempat
pemandian umum juga telah disediakan di berbagai penjuru kota. Untuk
menyimpan benda-benda bersejarah, pemerintah Usmani pun menyediakan lima
museum. Pada 14 Juli 1509, Istanbul sempat diguncang gempa bumi dahsyat
atau yang dikenal sebagai kiamat kecil. Ribuan bangunan yang
awalnya berdiri kokoh akhirnya luluh lantak. Mulai 1510 M, Sultan
Bayezid bahu membahu membangun kembali kota Istanbul selama 80 tahun.
Hingga akhirnya, kota Istanbul kembali tampil megah dan gagah.
Hagia Sofia Mosque
Hagia Sofia Mosque
Hagia Sofia Mosque
Hagia Sofia Mosque
Pada
tahun 1727 M pada masa Ibrahim Muteferika - seorang ilmuwan terkemuka -
di Istanbul dibuka percetakan. Seiring dengan lahirnya fatwa dari Syekh
Al-Islam kerajaan, buku-buku selain Alquran, hadits, fikih, ilmu kalam
dan tafsir juga mulai diperbolehkan untuk dicetak. Sejak itulah,
buku-buku tentang kedokteran, astronomi, ilmu pasti, sejarah, dan
lainnya dicetak. Apalagi mulai 1727 sudah mulai berdiri badan
penerjemah. Sayangnya, ketika imperium Usmani memegang kendali
kekuasaan, jejak peradaban yang ditinggalkan pada abad ke-8 M sampai
ke-13 M tak dilanjutkan. Daulah Usmani lebih berkonsentrasi membangun
pertahanan dan armada perang untuk memperluas wilayah kekuasaan,
ketimbang membangun universitas dan pusat-pusat riset ilmu pengetahuan.
Hagia Sofia Mosque
Hagia Sofia Mosque
Seiring
kemunduran yang dialami Kerajaan Usmani, Turki akhirnya berubah haluan
menjadi negara sekuler pada 1923. Di bawah kepemimpinan Kemal Attaturk,
sekulerisme menjadi ideologi negara. Semua simbol Islam dilarang,
penggunaan bahasa dan aksara Arab diganti huruf Latin. Dakwah
diawasi. Bahkan pada 1925, Attaturk melarang tarekat dan pergi haji.
Pendidikan agama amat dibatasi. Pengadilan agama ditutup, hukum
pernikahan Islam diganti dengan hukum positif Swedia. Kini angin segar
kembali berhembus di Istanbul. Muslimah kini diperbolehkan lagi
mengenakan jilbab.
Hagia Sofia Mosque
Hagia Sofia Mosque
Hagia Sofia Mosque
Hagia Sofia Mosque
Tolak Ukur Kerajaan Pelosok Dunia
Setiap saat paket umrah plus Istanbul atau Kairo selalu diminati oleh
jemaah dari belahan dunia. Termasuk dari Indonesia yang merupakan
jemaah terbesar ibadah haji maupun umrah setiap tahunnya. Istanbul
adalah kota favorit bagi jemaah Indonesia untuk melanjutkan wisata
ruhiyyahnya setelah melaksanakan umrah ataupun sebelumnya. Daya tarik
Istanbul adalah sebagai kota tua di daratan paling timur Eropa, namun
menjadi bagian sebuah negara Asia. Yaitu Turki. Selama 700 tahun (1300-1924), Istanbul pernah menjadi pusat khilafah
(pemerintahan) Islam bertaraf internasional. Para raja Dinasti Utsmani
yang berhasil menguasai tiga benua (Asia, Afrika, dan Eropa) menjadi
kiblat politik, budaya, sosial, ekonomi, dan pertahanan-keamanan
kerajaan-kerjaaan Islam di seluruh dunia masa itu. Termasuk
kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, seperti Samudra Pasai (Aceh),
Ternate, Tidore, Bacan (Maluku), Sulu (Filipina), dan lain-lain. Karena
itu, di Museum Topkapi, Istanbul, tersimpan berbagai benda-benda
bersejarah dari seluruh negara Islam. Termasuk benda-benda bersejarah
peninggalan zaman Nabi Muhammad saw. dan para khalifah Abu Bakar, Umar,
Utsman, dan Ali. Di situ ada terompah yang (konon) pernah digunakan Nabi
Muhammad saw., pedang “Zulfiqar” milik Sayyidina Ali bin Abi Thalib,
panji-panji perang, tombak, dan lain-lain. Selain itu, di Istanbul dapat disaksikan Masjid Biru yang dibangun
Sultan Mohammad (abad ke-13), Masjid Sulaiman yang dibangun Sultan
Sulaiman al Qanuni (abad ke-16), gereja Aya Shopia, buatan abad ke-3
Masehi, yang sempat diubah menjadi masjid dan sekarang berubah menjadi
museum.
Hagia Sofia Mosque
Event Kebudayaan Eropa
Peluncuran
secara resmi kota Istanbul sebagai Ibukota Kebudayaan Eropa 2010 hari
Sabtu (16/1), dimeriahkan dengan aneka konser musik, karnaval di
jalan-jalan, pesta kembang api dan sejumlah museum buka hingga tengah
malam. Presiden Turki Abdullah Gul dan Perdana Menteri Turki Recep
Tayyib Erdogan mengundang sekitar 5.000 tamu, diantaranya para menteri
dari 20 negara Eropa dalam perayaan tersebut. Terkait dengan perayaan itu, Turki juga akan menggelar sekitar 520
event yang bertajuk "Istanbul 2010" yang mayoritas berkaitan dengan
sejarah dan kegiatan seni. Diantaranya adalah pembukaan "Museum of
Innocence" pada bulan Juli, pameran "From Byzantium to Istanbul" dari
bulan September hingga November, festival teater antar universitas
se-Eropa pada bulan Mei dan konser musik band rock asal Irlandia, U2. Rangkaian acara itu diharapkan bisa menarik 10 juta wisatawan dari
seluruh dunia untuk berkunjung ke Istanbul. Sepanjang tahun 2009
kemarin, Istanbul menggelar 170 event dan berhasil menarik 7,5 juta
wisatawan.
Kota Sejuta Wisata
Istanbul merupakan sebuah kota tempat bertemunya timur dan barat, kota
yang merupakan bagian dari dua benua yaitu Asia dan Eropa.Kota
‘dua benua’ ini menyimpan kebudayaan yang sangat beragam, yakni budaya
barat bercampur dengan budaya tradisional dari timur. Bangunan-bangunan
dan benda-benda seninya merupakan percampuran dari kebudayaan asli
Turki, Byzantine, dan Romawi. Kegiatan perekonomian,
perindustrian, pariwisata, hiburan dan pendidikan berkembang pesat di
kota ini. Berwisata ke Istanbul ibarat melakukan perjalanan ke masa lalu
dengan peradaban yang modern. Berbagai bangunan peninggalan masa
kerajaan Byzantine, Romawi, dan Ottoman tetap terjaga, berdampingan
dengan bangunan-bangunan modern yang terus berkembang pesat. Salah satu tempat pariwisata yang diminati para turis karena
keunikannya adalah Bosphorus. Bosphorus bukanlah sebuah sungai, tetapi
selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Marmara, selat yang
memisahkan antara Turki bagian Asia dan bagian Eropa. Untuk menjelajahi
Bosphorus kita dapat menggunakan kapal feri. Perjalanan dapat
dimulai dari Eminonu sampai ke laut Hitam. Suatu perjalanan yang sangat
mengasyikkan seperti Istana Dolmabahce, Istana Belerbeyi yang
berlokasi tidak jauh dari jembatan yang menghubungi Asia dengan Eropa.
Selain istana-istana tersebut juga terdapat bangunan hotel, restoran,
dan rumah-rumah di sepanjang Bosphorus yang merupakan perpaduan
arsitektur Eropa dan arsitektur Asia.
Bosphorus Bridge
Bosphorus Bridge
Bosphorus Bridge
Bosphorus Bridge
Tempat bersejarah lainnya
yang sangat menarik adalah Istana Topkapi, yang merupakan istana
terbesar di Istanbul. Sejak 1924, istana Topkapi berubah fungsi menjadi
museum. Dahulu Topkapi adalah istana tempat tinggal sultan dan
merupakan pusat pemerintahan Turki pada masa lalu. Istana
Topkapi merupakan bangunan khas Turki yang mempunyai taman-taman indah
yang menghubungkan antara satu bangunan dengan bangunan lainnya.
Taman-taman yang hijau ini dipenuhi pohon-pohon besar yang rindang.
Istana yang kini menjadi museum ini menyimpan banyak hasil karya seni
dan peninggalan bersejarah yang tidak ternilai harganya. Tempat
bersejarah lainnya yang pantas dikunjungi kalau kita ke Istanbul adalah
Museum Hagia Sophia. Banyak ahli sejarah mengatakan bahwa Hagia Sophia
dapat dinominasikan sebagai keajaiban dunia ke delapan. Hagia Sophia
merupakan bangunan gereja yang dibangun oleh Konstatius pada abad ke-4.
Hagia Sophia yang berasitektur Romawi terlihat dari eksterior dan
interior bangunan yang mempunyai kubah besar dan megah. Setelah
Istanbul dikuasai bangsa Turki di bawah kepemimpinan Sultan Mahmed Sang
Penakluk, Hagia Sophia diubah fungsinya menjadi masjid. Ciri gereja
pada masjid ini tidak dihilangkan. Ornamen-ornamen yang menunjukkan
Hagia Sophia pernah menjadi gereja tetap terjaga, seperti terlihat pada
gambar-gambar ornamen di dalam bangunan. Beberapa ornamen
tambahan seperti tulisan kaligrafi, mihrab dan mimbar ikut melengkapi
interior bangunan yang telah berubah fungsi menjadi masjid tersebut.
Bangunan yang telah berfungsi sebagai gereja selama 916 tahun dan 477
tahun sebagai masjid ini kini berubah menjadi museum di bawah rezim
Ataturk.
Istana Topkapi
Istana Topkapi
Istana Topkapi
Istana Topkapi
Bangunan lain yang pantas dikunjungi turis ialah Istana
Dolmabahce. Bangunan ini perpaduan arsitektur Eropa yang menyimpan
koleksi-koleksi benda-benda kuno dan benda istana seperti furnitur,
karpet sutra dan lukisan dinding. Istanbul terkenal pula sebagai
tempat perdagangan yang ramai dikunjungi wisatawan. Terdapat dua
tempat perdagangan yang sangat terkenal yaitu Grand Bazaar dan Spice
Bazaar. Grand Bazaar merupakan pasar tertua dan terbesar di Istanbul
yang berlokasi di tengah-tengah kota. Pasar Ini terdiri dari ribuan
toko yang menjual benda kerajinan tangan bermutu tinggi, perhiasan,
barang-barang antik dan aneka jenis barang lainnya yang merupakan
produk asli dari Turki.Spice Bazaar (Bazar rempah-rempah) atau
disebut juga Egyptian Bazaar merupakan pasar yang unik dan menarik. Di
sini dijual berbagai macam rempah-rempah, kaviar (telur ikan beluga),
sosis, keju dan barang kerajinan tangan khas dari Turki. Dalam
melakukan transaksi berbelanja di Istanbul tidak hanya dapat dilakukan
dengan uang nasional mereka saja yaitu lira, tetapi juga dapat
dilakukan dengan dolar Amerika dan euro. Jadi, Anda dapat dengan mudah
berbelanja tanpa perlu mencari tempat penukaran mata uang asing.
Berwisata
ke Istanbul tidak hanya cukup dengan menjelajahi tempat-tempat
bersejarah. Banyak lagi tempat menarik yang lain yang sayang untuk di
lewati, Taksim Square misalnya, merupakan tempat pusat kota modern
Istanbul. Di Taksim square terdapat banyak hotel berbintang, restoran
dan pusat kehidupan malam lainnya. Di samping itu juga terdapat pusat
kebudayaan Ataturk. Tempat ini merupakan tempat berkumpulnya komunitas
untuk merayakan tahun baru, konser musik, parade dan pertunjukan
lainnya.
Tidak lengkap rasanya berwisata di Istanbul tanpa
menikmati wisata kuliner. Anda dapat menikmati makanan khas Turki yang
sudah sering kita dengar yaitu kebab yang rasa dan variasinya sangat
beragam. Tidak hanya kebab, aneka makanan laut juga sangat populer di
Istanbul. Sejumlah restoran tak hanya menyediakan makanan yang lezat,
tapi juga pertunjukan atraktif.
Penulis : Ullih Hersandi (Mahasiswa Indonesia di Turki)
2 komentar:
Apa Ada Informasi tentang kota Fethiye? Saat ini tgl 19-28 april 2012 tim dari SMP labschool cibubur (salahsatunya putri saya), ikut International Children Folklore di Fethiye. Bawa misi kebudayaan juga.
Salam
Setau saya, semua atribut Kristen di Hagia Sophia dihilangkan saat diubah menjadi masjid. Patung dan salib diturunkan, lukisan sakral ditutupi dengan kapur. Barulah di zaman republik, saat Hagia Sophia menjadi museum, kapur2 yang menutupi lukisan sakral itu dikerok, sehingga Hagia Sophia tampil dengan penampakannya yang sekarang kita lihat.
Posting Komentar