17 April 2012

Welcome to Istanbul


ISTANBUL

                                           Fatih Sultan Mehmet Mosque (Blue Mosque)
Prediksi Rasulullah SAW mengenai kejatuhan Konstantinopel itu akhirnya benar-benar terbukti. Kamis, 26 Rabiul Awal 857 H/ 6 April 1453 M, pasukan tentara Muslim di bawah komando Sultan Muhammad II tiba di ibukota negara adikuasa bernama Bizantium. Sultan pun berkirim surat kepada penguasa Bizantium yang berisi ajakan untuk masuk Islam atau menyerahkan Konstantinopel secara damai. Perang menjadi pilihan terakhir. Namun, penguasa kota itu Constantine Paleologus - menolak seruan dakwah dan berkukuh tak mau menyerahkan Konstantinopel ke tangan Umat Islam. Paleologus lebih memilih jalan perang. Pasukan tentara Bizantium dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa, siap menghadapi meriam-meriam tercanggih dan 130 ribu tentara Muslim. Lantaran tawarannya ditolak, Sultan ketujuh dari Kerajaan Usmani itu pun mulai mengobarkan semangat jihad. Gema takbir terus membahana seiring derasnya serangan yang dilancarkan pasukan Sultan Mehmed - begitu orang Barat menyebutnya — ke benteng Bizantium yang kokoh. Pertempuran hebat pun meletus.

                                           Fatih Sultan Mehmet Mosque (Blue Mosque)

Kerajaan Ottoman dengan strategi, teknologi perang, serta kepemimpinan militer yang tangguh, dan 130 ribu pasukan akhirnya berhasil membungkam kepongahan Bizantium. Setelah 53 hari berjibaku angkat senjata, dengan semangat jihad pasukan Sultan Muhammad akhirnya berhasil menguasai Konstantinopel. Harapan dan impian umat Islam untuk menundukkan Bizantium yang telah dirintis sejak tahun 664 M akhirnya tercapai. Kemenangan yang tertunda selama 800 tahun itu akhirnya tiba juga. Sejak saat itu, bendera Kerajaan Usmani berkibar di langit Konstantinopel, kota impian para raja, kaisar dan sultan.Konstantinopel pun memasuki era baru. Kota itu lalu berganti nama menjadi Istanbul yang berarti kota Islam, sekaligus menjadi ibukota Kerajaan Ottoman. Sebuah momentum penting dalam sejarah dunia. Kali pertama menduduki kota penting itu, Kerajaan Usmani mulai menegakkan hukum di kota itu. Tak ada pembantaian terhadap penduduk Konstantinopel. Bahkan, pemerintahan Islam Usmani bekerja sama dengan umat Kristen untuk kembali membangun perekonomian, menjalin persahabatan dengan Yunani. Dinasti Usmani juga terus mengepakkan sayap kekuasaannya ke wilayah Mesir, Arabia, dan Syiria. Yang tak kalah pentingnya, kerajaan Usmani menyebarkan ajaran Islam hingga ke kawasan Balkan.

                                                                Hagia Sofia Mosque

                                                                Hagia Sofia Mosque 
Seiring dengan menancapnya dominasi Islam, wajah bekas kota Konstantinopel itu pun berganti rupa. Bangunan masjid bermunculan, namun tetap dengan corak arsitektur Bizantum yang khas. Tak heran, jika pengaruh Bizantium ikut mewarnai gaya arsitektur Islam di Turki. Kemegahan bangunan Gereja Aya Sofia banyak mewarnai arsitektur masjid di Istanbul. Di bawah kekuasaan Daulah Usmani, Istanbul terus berbenah. Pembangunan pun terus berlanjut, sepeninggal Sultan Muhammad (Mehmed) II. Pada era kepemimpinan Sultan Sulaiman I (1520-1566), pada tahun 1550 di Istanbul berdiri Masjid Sulaiman. Bangunan masjid itu berdiri kokoh dengan empat menara dan kubahnya lebih tinggi dari Aya Sofia.

                                                                    Suleymaniye Mosque

Guna menambah jumlah penduduk Muslim di Istanbul, umat Islam yang tinggal di Anatolia dan Rumeli dianjurkan untuk bermigrasi ke Istanbul. Akhir 1457, migrasi besar-besaran terjadi dari Edirne bekas ibu kota Kerajaan Usmani ke Istanbul. Pada 1459, kota terbesar di Eropa itu dibagi menjadi empat wilayah administratif. Sebagai sebuah kota besar pada zamannya, di Istanbul pun berdiri berbagai sarana dan prasarana publik. Tak kurang ada 81 masjid besar serta 52 masjid berukuran sedang di kota itu. Untuk mendidik para generasi muda, tersedia 55 madrasah, tujuh asrama besar untuk mempelajari Alquran. Fasilitas sosial pun bermunculan, tak kurang lima takiyah atau tempat memberi makan fakir miskin berdiri. Tiga rumah sakit disediakan untuk mengobati penduduk kota. Tujuh buah jembatan juga dibangun untuk memperlancar arus transportasi. Guna menunjukkan kejayaannya, Kerajaan Usmani membangun 33 istana dan 18 unit pesanggrahan.Selain itu, 33 tempat pemandian umum juga telah disediakan di berbagai penjuru kota. Untuk menyimpan benda-benda bersejarah, pemerintah Usmani pun menyediakan lima museum. Pada 14 Juli 1509, Istanbul sempat diguncang gempa bumi dahsyat atau yang dikenal sebagai kiamat kecil. Ribuan bangunan yang awalnya berdiri kokoh akhirnya luluh lantak. Mulai 1510 M, Sultan Bayezid bahu membahu membangun kembali kota Istanbul selama 80 tahun. Hingga akhirnya, kota Istanbul kembali tampil megah dan gagah.

                                                                  Hagia Sofia Mosque

                                                                 Hagia Sofia Mosque

Pada tahun 1727 M pada masa Ibrahim Muteferika - seorang ilmuwan terkemuka - di Istanbul dibuka percetakan. Seiring dengan lahirnya fatwa dari Syekh Al-Islam kerajaan, buku-buku selain Alquran, hadits, fikih, ilmu kalam dan tafsir juga mulai diperbolehkan untuk dicetak. Sejak itulah, buku-buku tentang kedokteran, astronomi, ilmu pasti, sejarah, dan lainnya dicetak. Apalagi mulai 1727 sudah mulai berdiri badan penerjemah. Sayangnya, ketika imperium Usmani memegang kendali kekuasaan, jejak peradaban yang ditinggalkan pada abad ke-8 M sampai ke-13 M tak dilanjutkan. Daulah Usmani lebih berkonsentrasi membangun pertahanan dan armada perang untuk memperluas wilayah kekuasaan, ketimbang membangun universitas dan pusat-pusat riset ilmu pengetahuan.

                                                                Hagia Sofia Mosque

Seiring kemunduran yang dialami Kerajaan Usmani, Turki akhirnya berubah haluan menjadi negara sekuler pada 1923. Di bawah kepemimpinan Kemal Attaturk, sekulerisme menjadi ideologi negara. Semua simbol Islam dilarang, penggunaan bahasa dan aksara Arab diganti huruf Latin. Dakwah diawasi. Bahkan pada 1925, Attaturk melarang tarekat dan pergi haji. Pendidikan agama amat dibatasi. Pengadilan agama ditutup, hukum pernikahan Islam diganti dengan hukum positif Swedia. Kini angin segar kembali berhembus di Istanbul. Muslimah kini diperbolehkan lagi mengenakan jilbab.

                                                                Hagia Sofia Mosque

                                                            Hagia Sofia Mosque

Tolak Ukur Kerajaan Pelosok Dunia
Setiap saat paket umrah plus Istanbul atau Kairo selalu diminati oleh jemaah dari belahan dunia. Termasuk dari Indonesia yang merupakan jemaah terbesar ibadah haji maupun umrah setiap tahunnya. Istanbul adalah kota favorit bagi jemaah Indonesia untuk melanjutkan wisata ruhiyyahnya setelah melaksanakan umrah ataupun sebelumnya. Daya tarik Istanbul adalah sebagai kota tua di daratan paling timur Eropa, namun menjadi bagian sebuah negara Asia. Yaitu Turki. Selama 700 tahun (1300-1924), Istanbul pernah menjadi pusat khilafah (pemerintahan) Islam bertaraf internasional. Para raja Dinasti Utsmani yang berhasil menguasai tiga benua (Asia, Afrika, dan Eropa) menjadi kiblat politik, budaya, sosial, ekonomi, dan pertahanan-keamanan kerajaan-kerjaaan Islam di seluruh dunia masa itu. Termasuk kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, seperti Samudra Pasai (Aceh), Ternate, Tidore, Bacan (Maluku), Sulu (Filipina), dan lain-lain. Karena itu, di Museum Topkapi, Istanbul, tersimpan berbagai benda-benda bersejarah dari seluruh negara Islam. Termasuk benda-benda bersejarah peninggalan zaman Nabi Muhammad saw. dan para khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Di situ ada terompah yang (konon) pernah digunakan Nabi Muhammad saw., pedang “Zulfiqar” milik Sayyidina Ali bin Abi Thalib, panji-panji perang, tombak, dan lain-lain. Selain itu, di Istanbul dapat disaksikan Masjid Biru yang dibangun Sultan Mohammad (abad ke-13), Masjid Sulaiman yang dibangun Sultan Sulaiman al Qanuni (abad ke-16), gereja Aya Shopia, buatan abad ke-3 Masehi, yang sempat diubah menjadi masjid dan sekarang berubah menjadi museum.

                                                                     Hagia Sofia Mosque
                                                      
Event Kebudayaan Eropa

Seperti di Kairo terdapat pasar tradisional Khan Khalili, di Istanbul pun ada pasar tradisional yang serba lengkap, yaitu “Grand Bazzar”. Jika di Kairo wisatawan menyusuri Sungai Nil, di Istanbul menyusuri Selat Bospurus, yang memisahkan daratan Turki Asia (Anatolia) dengan daratan Turki Eropa. Kota Istanbul, kota kedua terbesar di Turki sedang berhias diri dan siap menggelar berbagai event untuk merayakan pencanangan kota itu sebagai Ibukota Kebudayaan Eropa tahun 2010. Penetapan Istanbul sebagai Ibukota Kebudayaan Eropa sudah direncanakan oleh Uni Eropa sejak tahun 2006 bersama dua kota lainnya di Eropa yaitu kota Essen di Jerman dan kota Pecs di Hungaria. Istanbul sendiri selama beratus-ratus tahun perjalanan sejarah negara Turki, pernah menjadi ibukota Romawi, Bizantin dan kekhilafan Islam, Ustmaniyah.Terpilihnya Istanbul sebagai Ibukota Kebudayaan Eropa memiliki arti politis bagi Turki yang sejak tahun 2005 mengajukan permohonan untuk menjadi anggota Uni Eropa tapi ditentang oleh sejumlah negara Eropa lainnya. Wilayah Turki sendiri terbelah menjadi dua sisi, wilayah yang berada di daratan Asia dan wilayah yang berada di daratan benua Eropa. Kedua wilayah itu dipisahkan oleh Selat Bosporus."Jelas ada hubungan antara julukan Ibukota Kebudayaan Eropa dengan proses Turki untuk menjadi bagian dari Eropa, jika ada peluang untuk menunjukkan Turki di Eropa dan Eropa di Turki," kata Cengiz Aktar, pakar Eropa dari Universitas Bahcesehir, Istanbul.

                                                              Hagia Sofia Mosque
Peluncuran secara resmi kota Istanbul sebagai Ibukota Kebudayaan Eropa 2010 hari Sabtu (16/1), dimeriahkan dengan aneka konser musik, karnaval di jalan-jalan, pesta kembang api dan sejumlah museum buka hingga tengah malam. Presiden Turki Abdullah Gul dan Perdana Menteri Turki Recep Tayyib Erdogan mengundang sekitar 5.000 tamu, diantaranya para menteri dari 20 negara Eropa dalam perayaan tersebut. Terkait dengan perayaan itu, Turki juga akan menggelar sekitar 520 event yang bertajuk "Istanbul 2010" yang mayoritas berkaitan dengan sejarah dan kegiatan seni. Diantaranya adalah pembukaan "Museum of Innocence" pada bulan Juli, pameran "From Byzantium to Istanbul" dari bulan September hingga November, festival teater antar universitas se-Eropa pada bulan Mei dan konser musik band rock asal Irlandia, U2. Rangkaian acara itu diharapkan bisa menarik 10 juta wisatawan dari seluruh dunia untuk berkunjung ke Istanbul. Sepanjang tahun 2009 kemarin, Istanbul menggelar 170 event dan berhasil menarik 7,5 juta wisatawan.

                                                                  Hagia Sofia Mosque

Kota Sejuta Wisata

Istanbul merupakan sebuah kota tempat bertemunya timur dan barat, kota yang merupakan bagian dari dua benua yaitu Asia dan Eropa.Kota ‘dua benua’ ini menyimpan kebudayaan yang sangat beragam, yakni budaya barat bercampur dengan budaya tradisional dari timur. Bangunan-bangunan dan benda-benda seninya merupakan percampuran dari kebudayaan asli Turki, Byzantine, dan Romawi. Kegiatan perekonomian, perindustrian, pariwisata, hiburan dan pendidikan berkembang pesat di kota ini. Berwisata ke Istanbul ibarat melakukan perjalanan ke masa lalu dengan peradaban yang modern. Berbagai bangunan peninggalan masa kerajaan Byzantine, Romawi, dan Ottoman tetap terjaga, berdampingan dengan bangunan-bangunan modern yang terus berkembang pesat. Salah satu tempat pariwisata yang diminati para turis karena keunikannya adalah Bosphorus. Bosphorus bukanlah sebuah sungai, tetapi selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Marmara, selat yang memisahkan antara Turki bagian Asia dan bagian Eropa. Untuk menjelajahi Bosphorus kita dapat menggunakan kapal feri. Perjalanan dapat dimulai dari Eminonu sampai ke laut Hitam. Suatu perjalanan yang sangat mengasyikkan seperti Istana Dolmabahce, Istana Belerbeyi yang berlokasi tidak jauh dari jembatan yang menghubungi Asia dengan Eropa. Selain istana-istana tersebut juga terdapat bangunan hotel, restoran, dan rumah-rumah di sepanjang Bosphorus yang merupakan perpaduan arsitektur Eropa dan arsitektur Asia.

                                                                 Bosphorus Bridge

                                                                Bosphorus Bridge

Tempat bersejarah lainnya yang sangat menarik adalah Istana Topkapi, yang merupakan istana terbesar di Istanbul. Sejak 1924, istana Topkapi berubah fungsi menjadi museum. Dahulu Topkapi adalah istana tempat tinggal sultan dan merupakan pusat pemerintahan Turki pada masa lalu. Istana Topkapi merupakan bangunan khas Turki yang mempunyai taman-taman indah yang menghubungkan antara satu bangunan dengan bangunan lainnya. Taman-taman yang hijau ini dipenuhi pohon-pohon besar yang rindang. Istana yang kini menjadi museum ini menyimpan banyak hasil karya seni dan peninggalan bersejarah yang tidak ternilai harganya. Tempat bersejarah lainnya yang pantas dikunjungi kalau kita ke Istanbul adalah Museum Hagia Sophia. Banyak ahli sejarah mengatakan bahwa Hagia Sophia dapat dinominasikan sebagai keajaiban dunia ke delapan. Hagia Sophia merupakan bangunan gereja yang dibangun oleh Konstatius pada abad ke-4. Hagia Sophia yang berasitektur Romawi terlihat dari eksterior dan interior bangunan yang mempunyai kubah besar dan megah. Setelah Istanbul dikuasai bangsa Turki di bawah kepemimpinan Sultan Mahmed Sang Penakluk, Hagia Sophia diubah fungsinya menjadi masjid. Ciri gereja pada masjid ini tidak dihilangkan. Ornamen-ornamen yang menunjukkan Hagia Sophia pernah menjadi gereja tetap terjaga, seperti terlihat pada gambar-gambar ornamen di dalam bangunan. Beberapa ornamen tambahan seperti tulisan kaligrafi, mihrab dan mimbar ikut melengkapi interior bangunan yang telah berubah fungsi menjadi masjid tersebut. Bangunan yang telah berfungsi sebagai gereja selama 916 tahun dan 477 tahun sebagai masjid ini kini berubah menjadi museum di bawah rezim Ataturk.

                                                                    Istana Topkapi

                                                                   Istana Topkapi

Bangunan lain yang pantas dikunjungi turis ialah Istana Dolmabahce. Bangunan ini perpaduan arsitektur Eropa yang menyimpan koleksi-koleksi benda-benda kuno dan benda istana seperti furnitur, karpet sutra dan lukisan dinding. Istanbul terkenal pula sebagai tempat perdagangan yang ramai dikunjungi wisatawan. Terdapat dua tempat perdagangan yang sangat terkenal yaitu Grand Bazaar dan Spice Bazaar. Grand Bazaar merupakan pasar tertua dan terbesar di Istanbul yang berlokasi di tengah-tengah kota. Pasar Ini terdiri dari ribuan toko yang menjual benda kerajinan tangan bermutu tinggi, perhiasan, barang-barang antik dan aneka jenis barang lainnya yang merupakan produk asli dari Turki.Spice Bazaar (Bazar rempah-rempah) atau disebut juga Egyptian Bazaar merupakan pasar yang unik dan menarik. Di sini dijual berbagai macam rempah-rempah, kaviar (telur ikan beluga), sosis, keju dan barang kerajinan tangan khas dari Turki. Dalam melakukan transaksi berbelanja di Istanbul tidak hanya dapat dilakukan dengan uang nasional mereka saja yaitu lira, tetapi juga dapat dilakukan dengan dolar Amerika dan euro. Jadi, Anda dapat dengan mudah berbelanja tanpa perlu mencari tempat penukaran mata uang asing.

                                                                   Istana Dolmabahce

                                                                 Istana Dolmabahce
Berwisata ke Istanbul tidak hanya cukup dengan menjelajahi tempat-tempat bersejarah. Banyak lagi tempat menarik yang lain yang sayang untuk di lewati, Taksim Square misalnya, merupakan tempat pusat kota modern Istanbul. Di Taksim square terdapat banyak hotel berbintang, restoran dan pusat kehidupan malam lainnya. Di samping itu juga terdapat pusat kebudayaan Ataturk. Tempat ini merupakan tempat berkumpulnya komunitas untuk merayakan tahun baru, konser musik, parade dan pertunjukan lainnya.

                                                                        Taksim Square

                                                                         Taksim Square

                                                                          Taksim Square
Tidak lengkap rasanya berwisata di Istanbul tanpa menikmati wisata kuliner. Anda dapat menikmati makanan khas Turki yang sudah sering kita dengar yaitu kebab yang rasa dan variasinya sangat beragam. Tidak hanya kebab, aneka makanan laut juga sangat populer di Istanbul. Sejumlah restoran tak hanya menyediakan makanan yang lezat, tapi juga pertunjukan atraktif.

                                                                          Kiz Kulesi

                                                                         Galata Kulesi

                                                                       Grand Bazaar

                                                                         Spice Bazaar


Penulis : Ullih Hersandi (Mahasiswa Indonesia di Turki)

2 komentar:

Teguh mengatakan...
20 April 2012 pukul 05.17

Apa Ada Informasi tentang kota Fethiye? Saat ini tgl 19-28 april 2012 tim dari SMP labschool cibubur (salahsatunya putri saya), ikut International Children Folklore di Fethiye. Bawa misi kebudayaan juga.
Salam

Anonim mengatakan...
8 November 2012 pukul 13.10

Setau saya, semua atribut Kristen di Hagia Sophia dihilangkan saat diubah menjadi masjid. Patung dan salib diturunkan, lukisan sakral ditutupi dengan kapur. Barulah di zaman republik, saat Hagia Sophia menjadi museum, kapur2 yang menutupi lukisan sakral itu dikerok, sehingga Hagia Sophia tampil dengan penampakannya yang sekarang kita lihat.

Posting Komentar